Penghapus Ragu
Pagi itu aku terbangun dalam putaran waktu yang sama. Seperti biasa aku menghubungimu pagi itu
Sedikit khawatir aku mendengar suara yang terasa lembut mengalun masuk ke raga ini, namun ada yang berbeda dan aku tak tau apa perbedaan itu.
Sesampainya di kampus ada kamu dan memang ada yang berbeda. Aku bukanlah pria yang selalu peka kepada setiap keadaan namun aku juga bukanlah pria yang tak bisa menilai dirimu dari raut wajahmu pagi itu.
mendengar dosen bercerita seperti aku mendengar ocehan burung yang sedang bernyayi meskipun si dosen emang selalu di juluki "Angry bird" oleh mahasiswanya. Aku tetap masih terpaku dengan satu pertanyaan yang membubarkan konsentrasiku hari ini . Ada apa dengan dirimu?
Adzan dan hujan membentuk simponi yang menyejukan sore, pertanda kelas akan segera usai. Langkah kaki ini tak sabar mengikutimu yang telah keluar lebih dulu, jarak yang sedikit jauh membuat langkah ini semakin cepat dan berharap engkau tidak pergi. Sesampainya di kursi panjang ingin aku tanyakan pertanyaan ini. Tapi aku tak sanggup ketika pandangan kita saling bertemu. Dan akhirnya aku dan kamu hanya terpaku dalam diam.
"....Aku sebel sama cerita temanmu semalem, aku ngak mau cuma jadi pelarian kamu...."
Mungkin ini sehati atau ini artinya cinta?
Pertanyaan yang belum terucap bahkan telah kamu jawab. Tapi itu bukan jawaban yang sebenarnya aku inginkan, aku hanya ingin kamu baik baik saja di hari itu. Setidaknya aku berharap ada jawaban lain yang membuatku merasa hangat di kala hujan bersamamu.
Hujan membuat suasana ini semakin penat. Hati ini mulai gelisah, aku memberanikan diri menyanding tanganmu dan berharap setiap tetes hujan menyampaikan salam kasih sayang ini .
Dan satu kecupan penghapus ragu
0 komentar:
Posting Komentar